Header Ads Widget

Manchester United, Jose Mourinho, dan Kesalahan-Kesalahan

Manchester United, Jose Mourinho, dan Kesalahan-Kesalahan

Setelah kekalahan 3-2 atas Brighton, apakah Jose Mourinho masih memiliki banyak waktu di Manchester?

"Kami membuat kesalahan", kata Mourinho. "Dan kami dihukum karena kesalahan itu. Saya tidak bisa beralasan lebih dari itu."

Tahun lalu, Manchester United berhasil finish di tempat kedua karena mereka tidak banyak melakukan kesalahan. Mereka membukukan persentase tertinggi kedua setelah Manchester City dalam hal shots on target, dan menjadi yang tertinggi dalam persentase saves yang seperti kita tahu akhirnya memunculkan nama David de Gea sebagai pencetak rekor 18 clean sheets di sepanjang musim. Namun, data empiris semacam ini biasanya juga menunjukkan tren yang nyata, dimana ketika sebuah tim telah melampaui jumlah rata-rata dari yang pernah mereka hasilkan, biasanya, di musim selanjutnya mereka akan mengalami penurunan. Dan United, tampaknya juga sedang mengalami regresi yang mirip.

Di pekan perdana, regresi ini tak begitu nampak karena MU berhasil memenangkan pertandingan melawan Leicester City. Namun jika Anda melihat catatan statistik, ada tanda-tanda vital yang tak sehat untuk The Red Devils. Setelah MU berhasil unggul lewat gol penalti Paul Pogba, MU justru menerima lebih banyak tembakan dari lawan. Di akhir pertandingan, Setan Merah 'hanya' mencatat 8 tembakan berbanding 13 milik The Foxes.

Di pekan kedua, Brighton berhasil mencetak 3 gol dari 3 shots on target yang mereka ciptakan. David de Gea, dalam sekejap, mulai tampak seperti manusia biasa, kiper semenjana, tak sakti lagi.

Dalam sepakbola, umumnya, ketika sebuah tim dalam keadaan tertinggal, mereka akan meningkatkan tekanan (pressing) dan juga tembakan. Namun, MU tak menujukkan tanda-tanda umum seperti itu, bahkan sejak musim lalu. Malam itu, Setan merah total membukukan 9 tembakan dan hanya 3 yang mengarah ke gawang lawan. Dari 2 pertandingan, MU mencatat rata-rata 8,5 tembakan, yang jika dikomparasikan dengan data statistik musim lalu, angka ini adalah salah satu yang paling rendah! Padahal, 2 lawan yang dihadapi bukanlah tipikal lawan yang tampil sangat defensif.

Untuk lini serang, MU yang sekarang justru mirip dengan timnya 'masa-masa akhir' Arsene Wenger dimana keuntungan mendapatkan lebih banyak ball possesion tidak diimbangi dengan perilaku pressing yang agresif. Musim lalu, 18 dari 20 tim top dunia menunjukkan perilaku pressing nan agresif, yang memang sedang menjadi tren taktik masa kini. Dan sayangnya, MU tidak termasuk dalam golongan itu.

Melawan Brighton, MU mendominasi penguasaan bola, namun sayangnya secara konstan mereka memenangkan bola di area pertahanan sendiri, dan secara konstan pula membiarkan lawan dengan leluasa memasuki area yang sama.

Terlepas dari masalah tidak adanya big signing di bursa transfer yang baru lalu, sejujurnya skuad MU yang sekarang adalah skuad yang sudah dipenuhi talenta-talenta berbakat. Sayangnya, alih-alih mencoba terus memberikan tekanan pada Brighton, MU versi Mourinho justru lebih senang bermain dengan gaya defensif yang konservatif, yang memang benar, di masa lalu gaya seperti ini memberi Mou banyak gelar bergengsi.

Gosip terbaru, jajaran petinggi United mulai menyadari bahwa Mourinho mungkin bukanlah orang yang tepat untuk pekerjaan ini. Dengan Mou yang selalu meminta dibelikan bek baru, para petinggi Setan Merah khawatir Mou hanya memikirkan hasil jangka pendek daripada memikirkan perkembangan klub untuk banyak tahun ke depan. Seperti dikutip dari The Guardian, para petinggi MU kini berencana untuk menunjuk seorang direktur sepakbola, jabatan yang bahkan belum pernah ada di MU. Langkah ini konon bakal menjadi opsi paling kuat karena mereka telanjur memperpanjang kontrak Mou beberapa bulan lalu yang tentunya tidak dapat memecat manajer asal Portugal itu begitu saja.

sumber : The Ringer

Post a Comment

0 Comments